Pages

Sejarah Pitung

Kisah Si Pitung menggambarkan sosok pendekar Jakarta dalam menghadapi ketidakadilan yang ditimbulkan oleh penguasa Hindia Belanda pada masa itu.

Kisah ini diyakini nyata keberadaannya oleh para tokoh masyarakat Betawi terutama di daerah Kampung Marunda di mana terdapat Rumah dan Masjid lama.




Sejarah

Pada dasarnya ada tiga versi yang tersebar di masyarakat mengenai si Pitung yaitu versi Indonesia, Belanda, dan Cina. Masing-masing penutur versi cerita tersebut memiliki versi yang berbeda dari cerita si Pitung itu sendiri. Apakah Si Pitung sebagai seorang pahlawan berdasarkan versi cerita Indonesia, dan sebagai seorang penjahat jika dilihat dari versi Belanda. Cerita Si Pitung ini dituturkan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini dan menjadi bagian lengenda serta warisan budaya Betawi khususnya dan Indonesia umumnya. Kisah Legenda Si Pitung ini kadang-kadang dituturkan menjadi rancak (sejenis balada), sair, atau cerita Lenong. Menurut versi Koesasi (1992), Si Pitung diidentikan dengan tokoh Betawi yang membumi, muslim yang shaleh, dan menjadi contoh suatu keadilan sosial.
[sunting] Tempat Lahir

Si Pitung lahir di daerah Pengumben sebuah kampung di Rawabelong yang pada saat ini berada di sekitar lokasi Stasiun Kereta Api Palmerah. Ayahnya bernama Bung Piung dan ibunya bernama Mbak Pinah. Pitung menerima pendidikan di pesantren yang dipimpin oleh Haji Naipin (seorang pedagang kambing). Seperti yang dikisahkan dalam film Si Pitung (1970).
[sunting] Nama Asli Si Pitung

Si Pitung merupakan nama panggilan asal kata dari Bahasa Jawa Pituan Pitulung (Kelompok Tujuh), kemudian nama panggilan ini menjadi Pitung. Nama asli Si Pitung sendiri adalah Salihun (Salihoen).
[sunting] Awal Legenda

Menurut versi van Till (1996) Si Pitung merupakan seorang kriminal, yang diawali ketika Si Pitung menjual kambing di pasar Tanah Abang, kemudian dicuri oleh para “centeng” (Si Gomar menurut versi Film Si Pitung (1970) tuan tanah.Si pitung kembali pulang dengan tangan hampa, namun Si Pitung hanya tersenyum dan menjawab bahwa dia telah di rampok.Ayah Pitung yang marah kemudian menyuruh Pitung pergi mencari uang tersebut dan akhirnya dapat menemukannya kembali.Namun, para pencuri alias "centeng" tersebut mengajak Si pitung untuk bergabung sebagai perampok dan menjadi ketua mereka.Pada awalnya Si pitung menolak , tetapi akhirnya Si pitung bergabung dengan mereka.Legenda yang dikisahkan dalam film Si Pitung, Si Pitung dan Kawanan-nya menggunakan cara yang “pintar” dengan menyamar sebagai pegawai Pemerintah Belanda (Di Versi Film Si Pitung, Pitung sebagai "Demang Mester Cornelis (Wilayah Mester Cornelis saat ini disebut sebagai Jatinegara merupakan bagian dari Kota Jakarta Timur") dan Dji-ih sebagai “Opas”). Kemudian melakukan penipuan dengan memberikan surat kepada Haji Saipudin agar Haji Saipudin menyimpan uang di tempat Demang Mester Cornelis. Pitung menyatakan bahwa uang tersebut dalam pengawasan pencurian. Haji Saipudin setuju kemudian Pitung dan Kelompoknya membawa lari uang tersebut.

Akibat dari hal ini kemudian Si Pitung dan Kawanannya menjadi buronan “kompenie”. Hal ini menarik perhatian komisaris polisi yang bernama Van Heyne (“Schout Van Heyne, atau Van Heijna, Scothena, atau “Tuan Sekotena”). Secara resmi menurut Van Till (1996) nama petugas polisi pada saat ini bernama A.W. Van Hinne yang pernah bertugas di Batavia dari tahun 1888 - 1912. (Menurut catatan kepolisis Belanda. Van Hinne memulai karier sebagai pegawai klerikal Pemerintah Belanda, kemudian menjadi Deputi Kehutanan, dan Polisi di beragam tempat di Indonesia. Van Hinne menderita sakit yang serius, sesudah dikembalikan ke Eropa untuk penyembuhan. Pada akhir tahun 1880 Van Hinne menjadi seorang Perwira Polisi di Batavia (Stambock van Burgerlijke Ambtenaren in Nederlandsch-Indie en Gouvernements Marine, ARA (Aigemeen Rijksarchief), Den Haag, register T.f. 274). Van Hinne segera memburu Si Pitung dengan membabi buta. Akhirnya dia dapat menangkap Pitung, tetapi kemudian Si Pitung berhasil melarikan diri dari tahanan ka-Demangan Meester Cornelis. Van Till (1996) menyatakan bahwa Si Pitung mampu bebas dengan kekuatan “magis” tetapi menurut versi Film Si Pitung (1970), Si Pitung lepas dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam.

Kemudian Hinne menekan Haji Naipin (Guru Si Pitung) untuk membuka rahasia kesaktian si Pitung berupa “jimat” sehingga Hinne dapat menangkap Si Pitung secara lebih cepat. Versi lainya menyatakan bahwa Pitung dikhianati oleh temannya sendiri (kecuali Dji-ih) walaupun versi ini diragukan kebenarannya. Tetapi menurut Versi Film Si Pitung Banteng Betawi (1971) dikhianati oleh Somad yang memberi tahukan kelemahan Pitung untuk mengambil “jimatnya”. Kisah lainnya menyatakan bahwa Pitung telah diambil “Jimat Keris”-nya sehingga kesaktiannya menjadi lemah. Versi lainnya mengatakan bahwa kesaktian Pitung hilang setelah dipotong rambut, dan juga versi lain mengatakan bahwa kesaktiannya hilang karena sesorang melemparkan telur. Akhirnya Pitung meninggal karena luka tembak Hinne (Berdasarkan versi Film Si Pitung, Pitung mati tertembak karena peluru emas). Sesudah Si Pitung meninggal, makamnya dijaga oleh tentara karena percaya bahwa Si Pitung akan bangkit dari kubur hal ini tersirat dari Rancak Si Pitung dalam Van Till (1996):

Si Pitung sudah mati dibilangin sama sanak sudaranya

Digotong di Kerekot Penjaringan kuburannya

Saya tau orang rumah sakit nyang bilangin

Aer keras ucusnya dikeringin

Waktu dikubur pulisi pade iringin

Jago nama Pitung kuburannya digadangin

Yang gadangin kuburannya Pitung dari sore ampe pagi

Kalo belon aplusan kaga ada nyang boleh pegi

Sebab yang gadangin waktu itu sampe pagi

Kabarnya jago Pitung dalam kuburan idup lagi

Yang gali orang rante mengaku paye

Belencong pacul itu waktu suda sedie

Lantaran digali Tuan Besar kurang percaye

Dilongok dikeker bangkenye masi die

Memang waktu itu bangke Pitung diliat uda nyata

Dicitak di kantor, koran kantor berita

Ancur rumuk tulang iganya, bekas kena senjata

Nama Pitung suda mati Tuan Hena ke Tomang bikin pesta

Pesta itu waktu keiewat ramenye

Segala permaenan kaga larangannya

Tuju ari tuju malem pesta permisiannya

Sengaja bikin pesta mau tangkep kawan-kawannya

Nama Pitung mau ditangkep kawan-kawannya
[sunting] Pitung Robin Hood ala Betawi

Menurut Damardini (1993:148) dalam Van Till (1996):

Pitung memang perampok. Mungkin saja Haji Samsudin dipukuli ketika itu. Kalau menurut istilah sekarang, Pitung itu pengacau, dan dicari oleh Pemerintah. Pitung memang jahat. Pekerjaannya merampok dan memeras orang-orang kaya. Menurut kabar, hasil rampokannya dibagikan pada rakyat miskin. Namun sebenarnya tidak. Tidak ada perampok yang rela membagi hasil rampokannya dengan cuma-cuma, bukan? Menurut kabar, Pitung menyumbangkan uangnya pada mesjid-mesjid. Saat itu mesjid hanya ada di Pekojan, Luar Batang, dan Kampung Sawah. Tidak ada bukti bahwa Pitung mendermakan uangnya di sana.'

Pitung menjadi karakter sebagai Robin Hood versi Betawi dikembangkan oleh Lukman Karmani (Till, 1996).Karmani menulis novel Si Pitung, novel ini dikisahkan bahwa Si Pitung sebagai pahlawan sosial. Menurut Rahmat Ali (1993).

'Pitung sebagai tokoh kisah Betawi masa lampau memang dikenal sebagai perampok, tetapi hasil rampokan itu digunakan untuk menolong orang-orang yang menderita. Dia adalah Robin Hood Indonesia. Walaupun demikian pihak yang berwenang tidak memberikan toleransi, orang yang bersalah harus tetap diberi hukuman yang setimpal' (Rahmat Ali 1993:7)

Beragam pro dan kontra banyak menyelubungi di balik kisah legenda Si Pitung ini, tetapi pada dasarnya bahwa tokoh Si Pitung adalah cerminan pemberontakan sosial yang dilakukan oleh "Orang Betawi" terhadap penguasa pada saat itu yaitu Belanda. Apakah hal ini dipertanyakan valid atau tidaknya, kisah Si Pitung begitu harum didengar dari generasi ke generasi oleh masyarakat Betawi sebagai tanda pembebasan sosial dari belenggu penjajah. Hal ini ditunjukkan dari Rancak Pitung di atas bagaimana Si Pitung begitu ditakuti oleh pemerintah Belanda pada saat itu.
[sunting] Kisah Nyata Si Pitung

Berdasarkan penelusuran van Till (1996) berdasarkan Hindia Olanda 22-11-1892 (Koran Terbitan Malaya (Malaysia pada saat ini)). Pada tahun 1892 Si Pitung dikenal pada sebagai “One Bitoeng”, “Pitang", kemudian menjadi “Si Pitoeng” (Hindia Olanda 28-6-1892:3; 26-8-1892:2). Laporan pertama dari surat kabar ini menunjukkan bahwa schout Tanah Abang mencari rumah “One Bitoeng” di Sukabumi. Dari hasil penemuannya ditemukan Jas Hitam, Seragam Polisi dan Topi, serta beberapa perlengkapan lainnya yang digunakan untuk mencuri kampung (Hindia Olanda, 28-6-1892:2). Sebulan kemudian polisi menggeledah rumahnya kembali dan ditemukan uang sebesar 125 gulden. Hal ini diduga uang curian dari Nyonya De C dan Haji Saipudin seorang Bugis dari Marunda (Hindia Olanda 10-8-1892:2;2; 26-8-1892:2). Kemudian Si Pitung menggunakan senjata untuk mencuri pada tanggal 30 Juli 1892, ketika itu Si Pitung dan lima kawanannya (Abdoelrachman, Moedjeran, Merais, Dji-ih, dan Gering) menerobos rumah Haji Saipudin dengan mengancam bahwa Haji Saipudin akan ditembak.

Pada tahun 1892 Pitung dan kawanannya ditangkap oleh polisi sesudah adanya nasihat dari Kepala Kampung Kebayoran yang menerima 50 ringgit (Hindia Olanda 26-8-1892:2) untuk menangkap Si Pitung. Setelah ditangkap, kurang dari setahun kemudian pada musim semi 1893, Pitung dan Dji-ih merencanakan kabur dengan cara yang misterius dari tahanan Meester Cornelis. Sebuah investigasi kemudian dilakukan oleh Asisten Residen sendiri, tetapi tidak berhasil.

Karena kejadian tersebut Kepala Penjara dicurigai melepaskan si Pitung dan Dji-ih. Akhirnya seseorang Petugas Penjara mengakui bahwa dia meminjamkan sebuah "belincong (sejenis linggis pencungkil)” kepada Si Pitung, yang kemudian digunakan untuk membongkar atap dan mendaki dinding (Hindia Olanda, 25-4-1893:3; Lokomotief 25-4 1893:2).

Akibatnya, Si Pitung lepas lagi. Berdasarkan rumor, Pitung pernah menampakkan diri ke seorang wanita di sebuah perahu dengan nama Prasman. Detektif mencoba mencari di kapal tersebut (Hindia Olanda, 12-5-1893:3), tetapi hasilnya Pitung tidak dapat ditemukan. Semakin sulitnya menemukan Si Pitung, menyebabkan harga untuk penangkapan Si Pitung menjadi meningkat sebesar 400 Gulden. Pemerintah Belanda pada saat itu ingin "menembak mati" di tempat , tetapi sebagian pejabat mengatakan jika Pitung ditembak justru akan menumbuhkan semangat patriotik, sehingga niat ini diurungkan oleh kepolisian Batavia untuk menembak ditempat walaupun pada akhirnya hal ini dilakukan juga.

Sebagai tindakan balas dendam, Pitung melakukan pencurian secara kekerasan termasuk dengan menggunakan sejata api. Akhirnya Pitung dan Dji-ih membunuh seorang polisi intel yang bernama Djeram Latip (Hindia Olanda 23-9-1893:2). Dia juga mencuri wanita pribumi, Mie dan termasuk pakaian laki-laki serta pistol revolver dengan pelurunya. Pernyataan ini didukung oleh Nyonya De C seorang pedagang wanita di Kali Besar menyatakan bahwa Pitung mencuri sarung yang bernilai ratusan Gulden dari perahu-nya (Hindia Olanda 22-11-1892:2).

Dji-ih ditangkap kembali di kampung halamannya, ketika sedang menderita sakit. Pada saat itu Dji-ih pulang ke kampung halamannya untuk memperoleh pengobatan. Kemudian dia pindah ke rumah orang tua yang dikenal. Kepala kampung pada saat itu (Djoeragan) melaporkannya ke Demang kemudian memerintahkan tentara untuk menangkap Dji-ih dirumahnya. Karena dia terlalu sakit, dia tidak berdaya untuk melawan, walaupun pada saat itu pistol dalam jangkauannya (Hindia Olanda 19-8-1893:2). Dia menyerah tanpa perlawanan. Untuk menutupi hal ini kemudian Pemerintah Belanda melansir di Java-Bode (15-8-1893:2) bahwa Dji-ih kabur ke Singapura. Informan yang bertanggungjawab melaporkan Dji-ih kemudian ditembak mati oleh Pitung di suatu tempat yang tak jauh dari Batavia beberapa minggu kemudian.

“'Itoe djoeragan koetika ketemoe Si Pitoeng betoelan di tempat sepi troes, Si djoeragan menjikip pada Si Pitoeng dan dari tjipetnja Si Pitoeng troes ambil pestolnja dari pinjang, lantas tembak si djoeragan itoe menjadi mati itoe tempat djoega.' (Hindia Olanda 1-9-1893:2.)

Beberapa bulan kemudian, di Bulan Oktober, Kepala Polisi Hinne mempelajari dari informan bahwa Pitung terlihat di Kampung Bambu, kampung di antara Tanjung Priok dan Meester Cornelis. Kemudian dalam perajalanannya Hinne diberikan laporan bahwa Pitung telah pindah ke arah pekuburan di Tanah Abang (Hindia Olanda 18-10-1893), kemudian Hinne menembaknya dalan penyergapan itu. Pitung ditembak di tangan, kemudian Pitung membalasnya. Kemudian Hinne menembak kedua kalinya, tetapi, meleset, dan peluru ketiga mengenai dada dan membuatnya terjerembap di tanah. Sehari sesudah kematiannya yaitu hari Senin, jenazah dibawa ke pemakaman Kampung Baru pada jam 5 sore.

Setelah Hinne menangkap Pitung setahun kemudian dia dipromosikan menjadi Kepala Polisi Distrik Tanah Abang untuk mengawasi seluruh Metropolitan Batavia-Weltevreden. Setelah kejadian tersebut Pemerintah Hindia Belanda melakukan pencegahan agar "Pitung"-"Pitung" yang lain tidak terjadi lagi di Batavia. Bahkan karena ketakutannya makam Si Pitung setelah kematiannya, dijaga oleh Pemerintah Belanda agar tidak diziarahi oleh masyarakat pada waktu itu.
[sunting] Kesaktian dan Kematian Si Pitung

Berdasarkan cerita legenda, Si Pitung dapat dibunuh oleh Belanda dengan beragam argumen tersebut di atas. Menurut Hindia Olanda (18-10-1893:2) sebelum ditangkap Pitung dalam keadaan rambut terpotong, beberapa jam sebelum kematiannya pada hari Sabtu. Seperti yang diceritrakan oleh legenda bahwa kesaktian Si Pitung hilang akibat jimat-nya diambil orang (Versi Film Si Pitung Banteng Betawi), tetapi yang menarik, versi lain menyatakan, bahwa Si Pitung dapat di-"lemahkan" jika dipotong rambut-nya. Berdasarkan koran Hidia Olanda dikatakan bahwa sebelum kematiannya Si Pitung telah dipotong rambutnya.
[sunting] Pemakaman Si Pitung

Sesudah kematian Si Pitung, makamnya dikawal oleh tentara, karena beberapa masyarakat percaya dia akan bangkit dari kematian. Menurut Rancak Si Pitung dijelaskan bagaimana kondisi sesudah kematian Si Pitung.

"Si Pitung sudah mati dibilangin sama sanak sudaranya

Digotong di Kerekot Penjaringan kuburannya

Saya tau orang rumah sakit nyang bilangin

Aer keras ucusnya dikeringin

Waktu dikubur pulisi pade iringin

Jago nama Pitung kuburannya digadangin

Yang gadangin kuburannya Pitung dari sore ampe pagi

Kalo belon aplusan kaga ada nyang boleh pegi

Sebab yang gadangin waktu itu sampe pagi

Kabarnya jago Pitung dalam kuburan idup lagi

Yang gali orang rante mengaku paye

Belencong pacul itu waktu suda sedie

Lantaran digali Tuan Besar kurang percaye

Dilongok dikeker bangkenye masi die

Memang waktu itu bangke Pitung diliat uda nyata

Dicitak di kantor, koran kantor berita

Ancur rumuk tulang iganya, bekas kena senjata

Nama Pitung suda mati Tuan Hena ke Tomang bikin pesta

Pesta itu waktu keiewat ramenye

Segala permaenan kaga larangannya

Tuju ari tuju malem pesta permisiannya

Sengaja bikin pesta mau tangkep kawan-kawannya

Nama Pitung mau ditangkep kawan-kawannya."
Urip Achmad Rijanto, (lahir di Mojokerto, Jawa Timur, 6 Mei 1957 – meninggal di Jakarta, 4 Agustus 2009 pada umur 52 tahun)[1] atau lebih populer sebagai Mbah Surip, adalah seorang penyanyi Indonesia. Ia populer karena tawanya dan gayanya yang unik, dan karena lagu Tak Gendong dari album tahun 2003-nya yang juga berjudul Tak Gendong.


Karier

Mbah Surip pernah mendapatkan penghargaan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk kategori menyanyi terlama. Ia pernah ikut membintangi beberapa film dan beberapa kali pula tampil di televisi.[2] Sebelum menjadi seniman, Mbah Surip mengaku pernah menjalani berbagai macam profesi.

Mbah Surip dikenal dengan pengakuannya di media massa yang sering terdengar bercanda. Dia mengaku pernah bekerja di bidang pengeboran minyak serta tambang berlian. Dia juga mengklaim memiliki gelar Doktorandus, Insinyur, dan MBA, serta pernah mengadu nasib di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania, dan California. Menurut Mbah Surip, dia menciptakan lagu Tak Gendong saat berada di Amerika Serikat, bertemakan kerjasama saling bahu membahu dan belajar salah. [3]
[sunting] Kehidupan pribadi


Masa kecil dan pendidikan

Urip adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dari Sukotjo (alm.) dan Rasminah (alm.) yang beserta keluarga besarnya tinggal di Jalan Magersari Gang Buntu, kelurahan Magersari Mojokerto, Jawa Timur. Kehidupan masa kecilnya tergolong sulit karena dia harus bekerja membantu orang tuanya yang berjualan kikil sejak kecil. Dia sempat bekerja sebagai pedagang asongan, menjual antara lain es lilin dan kacang goreng keliling kampungnya. Walaupun penuh perjuangan, dia menyelesaikan sekolahnya, antara lain di SDN Purwotengah II (1970), Sekolah Teknik Pasna Wiyata (1974), kemudian STM Brawijaya (1977). Dia bahkan menyelesaikan kuliah di Fakultas Teknik Mesin Universitas Sunan Giri Cabang Mojokerto (Sekarang dipakai SMK Raden Patah) (1979)


Keluarga dan pekerjaan awal

Setelah lulus kuliah, Urip menikah dengan Minuk Sulistyowati dan dikaruniai empat anak, antara lain Tita, Farid (yang kemudian menjadi manager Urip di Jakarta), Krisna, dan Ivo Winda. Meski sudah memiliki empat anak, saat itu Urip masih belum memiliki pekerjaan tetap. Urip sempat bekerja sebagai tukang sobek karcis di bioskop Indra di daerah Alun-alun Kota Mojokerto dan juga di bioskop Indra di daerah, yang sekarang sudah tutup. Pada awal tahun 80-an, Urip memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Diduga bahwa karena Urip pergi merantau terlalu lama, istrinya yang berada di Mojokerto akhirnya memutuskan untuk bercerai dengannya dan menikah dengan lelaki lain. Setelah perceraian tersebut, Urip memutuskan untuk tetap menduda, tidak menikah lagi bahkan hingga hari kematiannya yang mendadak.


Setelah populer

Oleh kerabatnya, Urip dikenal sebagai orang yang bersahaja, baik sebelum maupun sesudah populer. Dia sering menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halamannya di Mojokerto untuk nyekar (menabur bunga) di makam kedua orang tuanya di TPU Losari, Desa Losari, Kecamatan Gedeg, Mojokerto.


Kematian

Mbah Surip tutup usia pada hari Selasa tanggal 4 Agustus 2009 pukul 10.30 WIB pagi, di puncak kepopulerannya di kancah musik Indonesia. Dia meninggal dunia akibat gagal jantung dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Pusdikkes TNI AD, Kramat Jati, Jakarta Timur.[5] Menurut bagian rekam medik RS Pusdikkes, jenazah Mbah Surip sempat berada selama satu jam di RS Pusdikkes.[6] Jenazah kemudian langsung diambil oleh kerabat yang membawanya yaitu pelawak Mamiek Prakoso. Menurut berita, serangan jantung tersebut disebabkan kebiasaan meminum kopi dan merokok Mbah Surip yang berat. Kejadian tersebut diberitakan karena Mbah Surip tiba-tiba meminum air dingin pada suatu kesempatan, sehingga menyebabkan jantungnya bekerja labil.

Jenazah Mbah Surip dimakamkan pada hari yang sama, Selasa malam tanggal 4 Agustus 2009, di Pemakaman Keluarga W.S. Rendra, di Depok, Jawa Barat yang lokasinya berdekatan dengan lokasi Bengkel Teater Rendra di Kampung Rawa RT 002/05 Cipayung Jaya, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat. [

Ijo Royo-Royo (1997)
Indonesia I (1998)
Reformasi (1998)
Tak Gendong (2003)
Barang Baru (2004)
Tak Gendong Bangun Tidur (2009) - Kompilasi

Sekilas gan Tentang Tony Q Rastafara

Tony Waluyo Sukmoasih (populer dengan nama Tony Q atau Tony Q Rastafara; lahir di Semarang, Jawa Tengah, 27 April 1961; umur 49 tahun) adalah seorang penyanyi Indonesia beraliran reggae yang telah aktif di ragam tersebut sejak tahun 1989. Dia bersama grup musiknya Rastafara mempopulerkan istilah "rambut gimbal" (gaya rambut dreadlock) di Indonesia lewat lagu dengan judul yang sama pada tahun 1996. Tony Q telah menjadi ikon musik reggae Indonesia. Dia dianggap sebagai pelopor reggae di Indonesia, karena dia tak hanya berkecimpung di ragam tersebut sejak lama, namun juga mengembangkan karakter musik reggaenya sendiri, dimana dia memasukkan banyak unsur tradisional Indonesia ke musiknya, dan mengangkat tema-tema khas Indonesia dalam musiknya.




Tony Q adalah seorang lulusan STM Perkapalan di Semarang. Sebelum terjun ke dunia musik, pada tahun 1980 Tony Q pernah bekerja selama enam bulan di bagian quality control (pengendalian mutu) di sebuah pabrik pengalengan milik perusahaan Singapura di Cakung, Jakarta Timur. Namun kemudian dia meninggalkan pekerjaan tersebut dan memilih untuk menjadi pengamen di jalanan dan seorang musisi, menghadapi tentangan keras keluarganya. Dia sempat menjadi pengamen selama lima sampai enam tahun di daerah Blok M, Jakarta




Menurut wawancara dengan Tony Q di Radio Nederland Wereldomroep, sebelum terjun di musik reggae, dia pernah memainkan blues, rock, bahkan musik country. Tahun 1989 dia akhirnya memilih menekuni musik reggae yang menurutnya tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Tony Q mengaku sangat mengidolakan Bob Marley, almarhum musisi reggae kenamaan asal Jamaika.
[sunting] Bersama Rastafara

Tony Q memulai karier musik reggaenya sejak tahun 1989 dengan grup musik Roots Rock Reggae. Biasa manggung dari kafe ke kafe atau acara pentas musik yang ada di Jakarta. Setelah tergabung dengan banyak band reggae seperti Exodus dan Rastaman, akhirnya pada tahun 1994 dia membentuk grup musik Rastafara yang menjadi cukup terkenal sebagai pengusung aliran musik reggae di Indonesia saat itu. Bersama Rastafara dia sempat merilis dua album, yaitu "Rambut Gimbal" (1996) dan "Gue Falling In Love" (1997).

Hampir semua lagu dalam album tersebut diciptakan Tony Q, dengan lirik lagu yang banyak bertema sosial, kemanusiaan, cinta, dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Salah satu lagunya yang populer adalah "Rambut Gimbal", sebuah istilah untuk gaya rambut dreadlock yang kerap digunakan oleh pengikut Gerakan Rastafari, yang kemudian secara tidak langsung dijadikan istilah dalam bahasa Indonesia yang menjadi populer karena lagu tersebut.

Rastafara saat itu dinilai berbeda dengan grup musik reggae lainnya karena mereka berhasil memasukan dan memadukan unsur-unsur musik dan instrumen tradisional khas Indonesia ke dalam musiknya sehingga terbentuklah musik reggae ala Indonesia yang bisa terlepas dari bayang-bayang musik reggae negara lain seperti Bob Marley, UB40 atau Jimmy Cliff. Penggunaan alat-alat musik tradisional seperti Kendang Sunda atau Gamelan Jawa ikut menambah warna musik dalam lagu-lagu Rastafara. Dan pada aransemen musiknya sepintas juga terlihat unsur-unsur musik Melayu, musik khas daerah Sumatera Utara, atau Sumatera Barat.

Pada tahun 1997 Rastafara memutuskan untuk vakum dalam musik karena kurangnya pasar musik reggae di Indonesia. Tony Q kemudian melanjutkan kariernya dengan membentuk band baru dengan tetap membawa nama Rastafara. Tahun 1998 terbentuklah Tony Q & New Rastafara, dengan format band mendapat pemain tambahan. Tetapi kemudian tahun 2000 Tony Q memutuskan untuk memulai karier solo dengan tetap membawa nama grup musik yang telah membuatnya dikenal oleh para penggemarnya, yaitu Tony Q Rastafara.
[sunting] Karier musik solo

Tahun 2000 Tony Q yang sekarang dikenal dengan nama Tony Q Rastafara berhasil merilis album solonya yang pertama, "Damai Dengan Cinta" tanpa dinaungi perusahaan rekaman. Pada album solo pertamanya ini Tony Q mulai mengalami puncak kariernya dalam musik reggae. Setelah mendengar album pertamanya tersebut, seorang profesor di bidang musik dari Kanada memberikan Tony Q referensi untuk mengirimkan demo untuk ikut dalam ajang Bob Marley Festival di Amerika Serikat. Pihak penyelenggara festival tersebut menyukai lagu-lagu yang ada di demo tersebut dan kemudian mengundang Tony Q untuk tampil diacara yang sama pada tahun 2002. Namun keberangkatan Tony Q beserta rombongannya ke festival tersebut terpaksa batal karena mereka tidak mendapat izin visa dari Kedutaan Amerika dikarenakan alasan keamanan terkait terjadinya "Peristiwa 9/11" di Amerika Serikat yang terjadi berdekatan dengan rencana keberangkatan Tony Q.

Tahun 2003 Tony Q Rastafara merilis album solonya yang kedua berjudul "Kronologi". Lagu dalam album tersebut merupakan kumpulan dari beberapa lagu dari album-album Tony Q sebelumnya dan juga beberapa lagu yang belum sempat dirilis. Tahun 2005 Tony Q merilis album "Salam Damai". Dalam album ini Tony Q mencoba menggabungkan musik reggae dengan unsur instrumen tradisional Indonesia. Dalam album tersebut terdapat lagu dengan lirik bahasa Sunda ("Paris Van Java") dan Jawa ("Ngajogjakarta") yang semakin menambah kental unsur tradisional Indonesia dalam musik reggae. [3]

Pada tahun 2005 lagu "Pat Gulipat" dari album solo pertamanya "Damai Dengan Cinta", masuk ke dalam album kompilasi musik "Reggae Playground" yang dirilis bulan Februari 2006 di bawah perusahaan rekaman Putumayo World Music, sebuah label rekaman yang berbasis di New York, AS.

Tahun 2009 Tony Q merilis album "Presiden" dalam rangka maraknya Pemilu 2009 di Indonesia. Menurut Tony Q, album ini dirilis untuk memberikan wacana ke masyarakat penggemar musik reggae supaya tahu bagaimana menyikapi kondisi politik saat itu. Musik dalam album ini kembali menghadirkan unsur tradisional Indonesia seperti kendang Sunda, gamelan, sitar Jawa, tamburin, bahkan terompet reog.




Album Tony Q Rastafara :
DAMAI DENGAN CINTA (2000)
KRONOLOGI (2003)
Salam Damai(2005)
Anak Kampung(2007)
PRESIDEN(2009)

Peace With Love...

sumber : http//www.kaskus.us

5 Perbedaan Nafsu Dengan Cinta

1. Cinta itu membahagiakan, Nafsu itu membahayakan

Cinta yang sebenarnya selalu menunjukkan jalan atau arah menuju kebahagiaan bagi orang-orang yang menjalaninya. Seorang pecinta yang sudah menemukan dan memahami makna cinta sejati dalam dirinya akan berada pada kondisi yang membahagiakan. Sebaliknya, orang-orang yang terkecoh dengan nafsu dan menganggap nafsu adalah cinta akan berada dalam kondisi yang membahayakan. Kitatidak bisa memungkiri, di mana ada kebaikan, di situlah setan menggoda manusia agar terjerumus ke dalam keburukan.
Cinta dan nafsu seperti dua sisi dari mata uang yang sama. Cinta adalah sisi positif, nafsu adalah sisi negatif dan uang itu adalah hubungan. Seseorang yang mencintai pasangannya dengan sebenar-benarnya cinta akan mengarahkan hubungannya menuju kebahagiaan sejati dengan cara menjaga dan menyayangi pasangannya. Tanpa bermaksud untuk merusak dan menyakiti. Lain halnya dengan orang-orang yang menjalin hubungan dengan landasan nafsu, mereka akan membawa hubungannya kearah kebahagiaan yang semu dan hanya berorientasi pada fisik, dalam hal ini sex. Yang justru akan menjerumuskan mereka ke dalam situasi yang membahayakan.

2. Cinta bikin kita ketawa, Nafsu bikin kita kecewa

Kalau diibaratkan hubungan seperti sawah, maka cinta adalah padi dan nafsu adalah rumput liar. Nah, ketika ketika seseorang menanam padi (cinta) di sawah (hubungan) maka secara otomatis akan tumbuh juga rumput liiar (nafsu). Kalau orang itu sudah mengetahui dan memahami apa itu padi (apa itu cinta), maka dia akan segera memangkas rumput liar itu (nafsu) yang tumbuh di sawahnya (hubungan). Ketika tiba masa panen, orang ini akan menuai hasil sawahnya (hubungan) yang ditanami padi (cinta) itu tadi berupa buah padi (kebahagiaan). Lain dengan orang-orang yang terkecoh yang menyangka rumput liar (nafsu) sebagai padi (cinta). Mereka akan memelihara rumput liar (nafsu) dan tanaman padinya (cinta) akan mati. Pada saat panen, tentu yang mereka dapat hanyalah sekarung rumput liar (nafsu) yang tidak enak dimakan (kekecewaan).

3. Cinta selalu ingin memberi, Nafsu hanya ingin diberi

Saya rasa maksud dari poin ketiga ini sudah jelas. Cinta adalah memberi. Ketika seseorang menjalin hubungan atas dasar cinta maka hal pertama yang dilakukannya adalah memberikan yang terbaik kepada pasangannya, bukan ingin diberi. Logikanya, kalau kita dan pasangan sama-sama ingin memberi (kita ingin memberi kepada pasangan dan pasangan ingin memberi kepada kita) secara otomatis keduanya akan menerima. Tapi kalau kita dan pasangannya inginnya diberi (pasangan ingin diberi dan kita juga ingin diberi) lalu siapa yang akan memberi..? Pada akhirnya yang terjadi justru tidak ada yang akan diberi karena tidak ada yang ingin memberi.

4. Cinta ingin menyayangi, Nafsu ingin menggerayangi

Bagaimana cara kamu memperlakukan pasanganmu?
Dan bagaimana cara pasanganmu memperlakukan kamu?
Ini adalah cara termudah untuk membedakan mana cinta, mana nafsu..?
Landasan seseorang dalam menjalin hubungan akan sangat menentukan pada bagaimana cara orang tersebut memperlakukan pasangannya. Orang yang menjalin hubungan dengan landasan cinta akan senantiasa memperlakukan pasangannya dengan cara-cara yang baik. Menjaga, menyayangi, memperhatikan dan selalu memberikan yang terbaik. Sebaliknya orang orang yang menjalin hubungan karena nafsu cenderung memperlakukan pasangan ke arah fisik. Setiap kali bertemu, inginnya menciumi dan diciumi, setiap kali berdua inginnya dipeluk dan memeluk, digerayangi dan menggerayangi, dan yang lebih parah lagi kalau sampai kearah hubungan sex.

5. Cinta yang terbaik, Nafsu yang terbalik

Cinta selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, berusaha memberikan yang terbaik untuk pasangan dan selalu memperlakukan pasangan dengan cara-cara yang baik. Bagaimana dengan nafsu..? Sebaliknya, nafsu selalu ingin diberi dan cenderung memperlakukan pasangan ke arah yang menyesatkan.

Warning

Penunggu Bis Berdarah(buku yang gak boleh baca halaman terakhir)

Adi sdg dlm perjlnan ke Jakarta dgn bis malam. Seorg kakek tua naik & menawarkan buku2 pada penumpang.

“Bukunya nak? Ada macam2 nih. Buku silat, cinta2an, agama, dll”, ujar si kakek. Adi yang sedang tidak bisa tidur pun tertarik. “Ada buku horor ga kek?”

“Oh suka cerita horor ya? Kebetulan sisa satu, pas lagi ceritanya. Tentang bis yang ditinggali banyak arwah penasaran. Judulnya ‘PENUNGGU BIS BERDARAH’. Serem banget pokoknya.”

“Boleh juga tuh berapa harganya?”
“Rp95.000, nak”
“Wow, mahal banget, kek”.

“Ya namanya juga buku best seller. Semua yang baca buku ini kabarnya syok loh waktu baca endingnya”, si kakek promosi ala salesman.

Adi pun mengalah. Entah kenapa, pada saat ia serahkan uang tersebut ke kakek, tiba2 petir menggelegar. Angin mulai bertiup kencang.

Si kakek turun dari bis, namun tiba2 berhenti & menolehkan wajahnya pelan2 ke Adi.

“Nak”, ujarnya lirih, “Apapun yang terjadi, harap jangan buka halaman terakhir. Ingat, apapun yg terjadi! Kalau tidak nanti kamu akan menyesal & saya tidak mau bertanggung jawab.”

Jantung Adi berdegup kencang. Saking takutnya, ia sampai tidak mampu menganggukkan kepala hingga si kakek turun dari bis & menghilang ditelan kegelapan.

Pada saat tengah malam, Adi selesai membaca seluruh buku tersebut. Kecuali halaman terakhir. Dan memang benar seperti yang dikatakan si kakek, buku itu benar2 menegangkan & menyeramkan.

Bis melaju kencang, hujan turun deras. Kilat menyambar bergantian, terdengar suara guruh menggelegar. Adi melihat sekeliling & ternyata smua penumpang sudah terlelap. Bulu kuduknya merinding.

“Baca halaman terakhirnya ga ya?”, pikir Adi bimbang. Antara penasaran & rasa takut berbaur jadi satu. Di luar malam tampak makin gelap. “Ah sudahlah, sekalian aja. Nanggung!”

Dengan tangan gemetar ia pun membuka halaman terakhir buku tersebut secara perlahan.

Dan akhirnya tampak lembaran kosong dengan sepotong tulisan di bagian pojok kanan atas. Sambil menelan ludah, Adi membaca huruf demi huruf yg tercantum:

PENUNGGU BIS BERDARAH.
Terbitan CV. Pustaka Buku.
Harga Pas: Rp 12.500,-

sumber : www.kaskus.us